II. Tujuan percobaan :
a. Mengetahui dan mempraktikan cara membuat muffin
b. Menjelaskan dan mengidintifikasi koloid dalam muffin
c. Menganalisis koloid dalam muffin
III. Pelaksanaan pecobaan
Hari : Minggu
Tanggal : 23 Februari 2014
Waktu : 09.00 s/d selesai
Tempat : Jl. Cihampelas gg. Cimaung no.228/25C RT04 RW 07 Bandung (Kediaman Riza)
IV. Alat dan bahan
(Lampiran 1)
1. Alat
- Wadah 4 buah
- Sendok 4 buah
- Mixer 1 buah
- Oven 1 buah
- Loyang 2 buah
- Parutan keju 1 buah
- Paper cup 8 buah
- Timbangan kue 1 buah
- Pisau 1 buah
- Panci 1 buah
- Gunting
2. Bahan
- Margarin 100 gram (as. alkanoat R-COOH)
- Tepung terigu 100 gram (komponen utama amilum:C6H12O6)
- Telur ayam 2 butir
- Baking powder ½ sendok teh (Natrium bikarbonat : NaHCO3)
- Coklat 150 gram (sukrosa C12H2O11, glukosa (C6H12O6) dan
fruktosa (C6H12O6 )
- Gula pasir 100 gram C12H22O11
- Strawberry & jeruk secukupnya
- Selai buah 1 ons
- Selai coklat 1 ons
- Keju secukupnya
- vanilla essence secukupnya CnH2nO2
- coffe essence secukupnya CnH2nO2
- almond 1 ons
V. Landasan teori :
1. Koloid
1.1 Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan campuran kasar. Meskipun secara makrokopis koloid tampak homogen, tetapi koloid digolongkan ke dalam campuran heterogen. Umumnya bersifat stabl dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm – 100 nm. Sistem koloid terdiri atas terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. (Keenan, 1984)
1.2 Macam-macam koloid
1. Aerosol. Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
2. Sol. Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari maupundalam industri.
3. Emulsi : Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air ( M / A ) atau emulsi air dalam minyak ( A / M ). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
4. Buih : Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas kedalam zat cair yang mangandung pembuih.
5. Gel : Koloid yang setengah kaku ( antara padat dan cair ) disebut gel. Contoh : agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silica. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat.
1.3 Cara Pembuatan Koloid
Larutan koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu :
1. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel – partikel halus ( molekuler ) menjadi partikel yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan melalui :
2. Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel – partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus/lebih kecil dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik ( listrik busur breding ).
2. Muffin
Muffin merupakan kue khas negeri Inggris dan lahir pada zaman Victoria. Pada saat itu muffin banyak dijual oleh pedagang keliling dengan diletakkan di nampan di atas kepala. Muffin merupakan sejenis makanan tradisional berbentuk gulungan, bundar dan tipis. Bahan dasarnya terbuat dari adonan roti yang diberi ragi. Paling enak, kue manis ini dinikmati saat musim dingin dan disajikan bersama minuman hangat seperti teh atau kopi.
Cara makannya pun unik, harus disobek dulu dan diberi olesan mentega kemudian dipanggang lagi. Agar citarasanya lebih bervariasi, permukaannya diolesi dengan selai buah buatan sendiri. Amerika juga punya muffin, tetapi bahan pengembangnya menggunakan baking powder dengan proses dipanggang. Bahan utama tepung biasanya dapat diganti dengan tepung jagung.
VI. Cara kerja
(Lampiran 2)
1. Siapkan alat dan bahan
2. Pertama Kocoklah margarin dan gula pasir sampai lembut dan kental.
3. Lalu masukkan telur satu satu sambil dikocok sampai rata.
4. Kemudian tambahkan tepung terigu dan baking powder. Aduk aduk sampai rata.
5. Pisahkan adonan kedalan wadah yang berbeda untuk rasa yang berbeda.
6. Untuk rasa coklat, tuangkan coklat leleh, aduk sampai rata.
7. Untuk rasa buah dan keju, tuangkan essen vanila kedalam adonan, lalu aduk sampai rata.
8. Untuk rasa kopi mocca, tuangkan essen mocca kedalam adonan, lalu aduk.
9. Saatnya mtuang ke loyang muffin. lalu ratakan.
10. Setelah setengah bagian terisi, beri selai buah untuk rasa buah, selai coklat untuk rasa coklat dan potongan keju untuk rasa mocca dan keju.
11. Terakhir panggang di oven dengan panas 180 C kira-kira 20 menit / sampai matang.
12. Angkat dan muffin siap dihidangkan.
VII. Diskusi hasil percobaan
Setelah melakukan pembuatan, pengamatan, dan diskusi, didapatkan bahwa :
1. Saat pengadonan dilakukan, dimana terigu dicampurkan dengan cairan berupa telur, mentega dan bahan dasar lain, dapat dilihat bahwa adonan tersebut merupakan salah satu jenis koloid, yakni koloid sol. Karena fase terdispersinya (terigu) merupakan fase padat dan medium pendispersinya cair, maka adonan muffin termasuk pada sol cair atau dikenal juga dengan kolid liofil karena sifatnya stabil dimana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersi.
2. Adonan muffin tersebut lalu dicampur dengan baking powder dan hasilnya mengembang termasuk pada buih padat karena baking powder yang dimasukkan ke dalam campuran merupakan baking soda yang sudah mengeluarkan gas CO2 sehingga terdapat gelembung-gelembung udara. Dalam peristiwa ini menandakan bahwa adanya gas yang terdisperi dalam fase padat. Buih Padat adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih.
3. reaksi saat baking powder dimasukan adalah NaHCO3 + H+ → Na+ + CO2 + H2O
IX. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Adonan muffin termasuk pada koloid sol cair karena fase terdispersinya (terigu) merupakan fase padat dan medium pendispersinya cair. Secara lebih jelasnya adonan ini termasuk pada koloid liofil karena karena sifatnya stabil dimana terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersi.
2. Muffin yang dicampur dengan baking powder dan hasilnya mengembang termasuk pada buih padat karena baking powder yang dimasukkan ke dalam campuran mengeluarkan gas CO2 sehingga terdapat gelembung-gelembung udara. Buih padat memiliki fase terdisperasi gas dan dengan medium pendisperasi zat padat.
3. ada 2 cara pembuatan koloid dalam muffin yaitu Dispersi, yaitu pada saat putih telur dikocok sehingga terpecah menjadi lebih kecil. Dan kondensasi, pada saat membuat adonan hingga muffin selesai dibuat karena terjadi penggabungan partikel – partikel halus ( molekuler ) menjadi partikel yang lebih besar.
X. Daftar pustaka
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/koloid-liofil-dan-koloid-liofob/
http://www.google.com/search?q=koloid+liofil&ie=utf-8&oe=utf
8&aq=t&rls=com.yahoo:id:official&client=firefox
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://id.wikipedia.org/wiki/Buih
http://id.wikipedia.org/wiki/Muffin
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110120055229AAfV0nQ
http://en.wikipedia.org/wiki/Vanillin
XI. Lampiran 1
Alat dan bahan
Lampiran 2. pembuatan muffin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar